Kamis, 11 Juni 2015

MAKALAH KEAMANAN PANGAN
KASUS KERACUNAN SUSU FORMULA BAYI AKIBAT PENAMBAHAN MELAMIN

http://sucihidayah.files.wordpress.com/2012/06/logo-unram-warna.jpg

KELOMPOK 14
ELA ELNI SUPIATUN (J1A 013 034)
ENDANG SETIARATNASARI (J1A 013 036)
RATNA SARI (J1A 013 108)
SILFIA YUNIANTI (J1A 013 122)
NANING APRILIANI (J1A 212 088)





PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM

2015




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehaditat Tuhan yang Maha Esa karena kasih dan karunianya makalah ini dapat diselesaikan.Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Keamanan Pangan yaitu tentang “Kasus Keracunan Susu Formula Bayi Akibat Penambahan Melamin”.
Dalam makalah ini penulis mencoba menyajikan materi sebaik-baiknya, oleh karena itu dengan penyusunan makalah ini penulis berharap dapat mengembangkan potensi bagi pembaca.
Namun demikian, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam pembentukan generasi muda yang cerdas dan berbakat.







Mataram, Juni 2015


                                                                                                                                  Penyusun



DAFTAR ISI




BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kondisi persaingan tidak sehat sekarang ini telah menjadi- jadi. Di dalam negeri daging sampah olahan di jual lagi, diluar negeri Susu dicampur melamin sangatlah tidak manusiawi. Seandainya orang yang mencampur melamin kedalam susu mempunyai pengetahuan tentang melamin dan dia mempunyai anak pasti dia tidak akan memberikan susu tersebut atau akan menyimpannya rapat - rapat. Melamin merupakan bubuk putih yang digunakan dalam pembuatan barang –barang terbuat dari plastik. Melamin disintesa oleh peneliti Jerman tahun 1830. Yang paling banyak dipakai adalah dalam bentuk Melamin resin (semacam lem ) yakni : campuran melamine dan formaldehyde digunakan dalam formica, floor tiles, whiteboards dan peralatan dapur. Atau barang- barang yang berhubungan dengan lem playwood.
Melamin yang ditemukan dalam sejumlah produk makanan ternyata bukan akibat terkontaminasi. Namun zat yang membahayakan kesehatan itu sengaja dimasukkan ke dalam produk makanan. Maksud dicampurkan melamin ke dalam makanan agar produk tersebut terlihat bagus. Sebab sekitar 66 % kadar nitrogen dalam melamin dapat terlihat sebagai protein. Selain itu penambahan melamin dapat menaikkan kandungan protein.  Analisa protein biasanya dilakukan dengan metode kjeldahl, yaitu mengukur jumlah nitrogen yang kemudian di konversikan menjadi jumlah protein dengan suatu tetapan standar. Saat dilakukan uji analisa kandungan protein, hasil menunjukkan kandungan nitrogen yang besar. Padahal sebenarnya angka tersebut diperoleh bukan hanya dari protein, namun juga melamin. Karena melamin ini memiliki gugus nitrogen, maka sejumlah nitrogen yang terukur akan semakin bertambah.



1.2.Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud melamin ?
2.      Bahaya penambahan melamin pada susu ?
3.      Berapa standar batas kandungan melamin ?

1.3.Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat penyusunan di buatnya makalah ini adalah untuk Mendiskripsikan melamin pada produk makanan khususnya susu formula bayi sehingga dapat memperoleh informasi dan pengetahuan baru tentang melamin yang ada dalam produk susu formula bayi, agar semakin banyak orang yang tahu bahaya melamin dan produk-produk bermelamin yang membahayakan kesehatan sehingga dapat menghindarinya.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Melamin merupakan senyawa kimia organik yang berbentuk kristal putih dan banyak mengandung unsur nitrogen. Melamin yang memiliki rumus molekul C3N6H6 merupakan produk samping industri pengolahan batu bara. Pada umumnya, senyawa ini banyak digunakan untuk berbagai keperluan industri, termasuk industri peralatan dapur, perlengkapan makan, kemasan pangan, resin melamin (terutama melalui reaksi dengan formaldehid), kertas, pelapis, penstabil plastik, perekat, dan flame retardant. Karena memiliki kandungan unsur nitrogen yang tinggi, oleh beberapa negara melamin juga digunakan sebagai komponen pembuatan pupuk. Pada melamin dapat ditemukan zat pengotor (impurities) yaitu asam sianurat, yang secara struktur kimia analog dengan melamin. Asam sianurat ini dapat digunakan sebagai desinfektan pada air kolam renang.
Batas maksimum cemaran melamin dalam produk pangan di Indonesia saat ini belum diatur. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan mengatur bahwa produk pangan tidak boleh mengandung bahan beracun, berbahaya, atau mengandung cemaran yang melampaui ambang batas maksimum yang ditetapkan. Menurut Lutter et al.  (2011), WHO/FAO (2008) menetapkan batas limit  melamin dalam susu formula bayi yang dapat ditoleransi sebesar 1 ppm (1 mg/kg). Metode uji yang disarankan untuk mendeteksi melamine dan asam sianurat adalah LC1MS (Liquid Chromatography Mass Spectrofotometri) atau setidaknya HPLC (Fremlin dan Pelzing 2009). Sebagian besar susu yang beredar ataupun yang digunakan sebagai bahan baku susu di Indonesia adalah impor, yang mencapai sekitar 60%. Impor juga dilakukan dari Cina. Untuk itu, perlu dikembangkan metode deteksi melamin dan pengujian adanya cemaran melamin pada susu impor untuk menjamin susu yang aman yang akan beredar di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metoda analisis melamin secara LCMS dan menganalisa cemaran melamin pada susu bubuk.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1.Pengertian Melamin
Melamin adalah suatu zat organik dengan struktur kimia C3H6N6 atau dengan nama IUPAC 1,3,5-triazine-2,4,6-triamine. Berat molekulnya adalah 126, bentuk kristal putih dan agak sulit terlarut dalam air. Sebelumnya kita tahu bahwa melamin banyak digunakan pada produksi plastik seperti untuk pembuatan alat makan. Melamin yang digunakan adalah melamin resin, yaitu kombinasi melamin dan formaldehid. Melamin adalah trimer dari sianamida, dan seperti sianamida, ia mengandung 66% nitrogen (berdasarkan massa). Ia merupakan metabolit dari siromazina, sejenis pestisida. Melamin terbentuk dalam tubuh mamalia yang mengkonsumsi siromazina. Dilaporkan juga siromazina diubah menjadi melamina pada tanaman. Melamin biasa didapat sebagai kristal putih. Melamin biasanya digunakan untuk membuat plastik, lem, dan pupuk.
Melamin pertama kali disintesis oleh Liebig pada tahun 1834. Pada produksi awal, kalsium sianamida diubah menjadi disiandiamida, kemudian dipanaskan di atas titik leburnya untuk menghasilkan melamin. Namun, pada zaman sekarang, kebanyakan pabrik industri menggunakanurea untuk menghasilkan melamin melalui reaksi berikut :
6 (NH2)2CO → C3H6N6 + 6 NH3 + 3 CO2
Pertama-tama, urea terurai menjadi asam sianat pada reaksi endotermik: (NH2)2CO → HCNO + NH3. Kemudian asam sianat berpolimerisasi membentuk melamina dan karbon dioksida: 6 HCNO → C3H6N6 + 3 CO2. Reaksi kedua adalah eksotermik, namun keseluruhan proses reaksi bersifat endotermik.

Gambar Molekul Melamin
3.2.Bahaya Penambahan Melamin pada Susu
Melamin merupakan senyawa polimer yang merupakan gabungan monomer formaldehide (formalin) dan fenol yang apabila komponen penyusun melamin tersebut dalam komposisi yang seimbang kelihatan aman tetapi harus diwaspadai seringkali dalam pembuatan melamin proses pencampurannya sering kali tak terkontrol. Apabila komposisi antara formaldehide dengan fenol tidak seimbang maka akan terjadi residu, yaitu monomer formaldehide atau fenol yang tidak bersenyawa sempurna. Sisa monomer formaldehide inilah yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Selain itu senyawa melamin rentan terhadap panas dan sinar ultraviolet yang dapat mendepolimerisasi melamin menjadi monomer formaldehide dan fenol. Meski tahan di rentang suhu 120 derajat celcius sampai 30 derajat C di bawah nol, tapi karena menyerap panas, melamin tak tahan dipapar panas terlalu tinggi. Apalagi terpapar dalam jangka waktu lama. Gesekan terhadap peralatan melamin juga berpotensi melepaskan residu formaldehide yang terperangkap sebelumnya. Sehingga meskipun kontrol pembuatan peralatan melamin sudah baik masih menyimpan bahaya bagi kesehatan. Formaldehide atau yang kita kenal sebagai formalin merupakan desinfektan yang sering pula digunakan sebagai bahan pengawet mayat yang sangat mudah masuk ke dalam tubuh lewat jalur oral/mulut, saluran pernafasan dan pembuluh darah. Formaldehid yang masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel.  
Melamin mengandung kandungan nitrogen yang tinggi dan memiliki karakteristik protein. Penambahan melamin pada susu ditujukan untuk meningkatkan kadar protein sehingga seolah-olah pada saat diperiksa kadar proteinnya menjadi tinggi (untuk memeriksa kandungan protein dari suatu zat yang diukur adalah kandungan nitrogennya). Regulasi pemeriksaan formula susu sebelumnya tidak menduga bahwa akan adanya penambahan melamin ini, sehingga kandungan melamin tidak diperiksa. Bahayanya apabila produk susu ditambahkan melamin konsumen akan terkena gagal ginjal karena melamine dapat membentuk Kristal di saluran ginjal bahkan akan menutup saluran kencing dan menyebabkan kebutaan serta dapat mengakibatkan kerusakan pada reproduksi juga dapat menyebabkan kanker.
Tanda-Tanda Atau Gejala  Akibat Keracunan Melamin
Seseorang yang mengalami keracunan melamin dapat menunjukan tanda dan gejala berupa iritabilitas, darah dalam urin (hematuria), produksi urin menurun atau tidak ada sama sekali, tanda-tanda infeksi ginjal, dan tekanan darah tinggi.
3.3.Standar Batas Kandungan Melamin
Batas maksimum cemaran melamin dalam produk pangan di Indonesia saat ini belum diatur. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan mengatur bahwa produk pangan tidak boleh mengandung bahan beracun, berbahaya, atau mengandung cemaran yang melampaui ambang batas maksimum yang ditetapkan. Sedangkan Food and Drugs Administration (Badan Makanan dan Obat) Amerika Serikat menyatakan, asupan harian yang dapat ditoleransi (tolerable daily intake/TDI) melamin adalah 0,63 mg per kg berat badan. Pada masyarakat Eropa, otoritas pengawas makanannya mengeset standar yang lebih rendah, yaitu 0,5 mg per kg berat badan. European Food Safety Agency (EFSA) menetapkan batas kandungan melamin dalam produk makanan, selain makanan bayi adalah kurang dari 2,5 ppm. Hong Kong untuk batasan maksimum konsentrasi melamin pada makanan bayi adalah 1 ppm dan makanan lain 2,5 ppm.



BAB IV

KESIMPULAN

4.1.Kesimpulan

1.      Melamin adalah suatu zat organik dengan struktur kimia C3H6N6 atau dengan nama IUPAC 1,3,5-triazine-2,4,6-triamine, memiliki berat molekul 126, berbentuk kristal putih dan agak sulit terlarut dalam air dan digunakan pada produksi plastic.
2.      Bahaya melamin apabila ditambahkan pada produk susu akan menyebabkan terkena gagal ginjal karena melamin dapat membentuk Kristal di saluran ginjal bahkan akan menutup saluran kencing dan menyebabkan kebutaan serta dapat mengakibatkan kerusakan pada reproduksi juga dapat menyebabkan kanker.
3.      Batas maksimum cemaran melamin dalam produk pangan di Indonesia saat ini belum diatur, tetapi Food and Drugs Administration (Badan Makanan dan Obat) Amerika Serikat menyatakan, asupan harian yang dapat ditoleransi (tolerable daily intake/TDI) melamin adalah 0,63 mg per kg berat badan
4.      Batas maksimum cemaran melamin dalam produk pangan di Indonesia saat ini belum diatur, tetapi Food and Drugs Administration (Badan Makanan dan Obat) Amerika Serikat menyatakan, asupan harian yang dapat ditoleransi (tolerable daily intake/TDI) melamin adalah 0,63 mg per kg berat badan.

4.2.Saran

Konsumen harus jeli dalam memilih produk susu dan coklat serta memperhatikan kualitasnyadan mulai sekarang, biasakan untuk tidak memakan makanan instant buatan pabrik, lebih baik mengolah sendiri bahan mentah menjadi makanan jadi.

 


DAFTAR PUSTAKA

Fremlin  LJ,  Pelzing  M. 2009. Melamine and cyanuric acid detection in 5 minutes using LCMS. Bruker Daltonics Division, Application note. Australia.
Goscinny S, Hanot V, Halbardier JF, Michelet JY, Loco JV. 2011. Rapid analysis of melamine residue in milk, milk product, bakery goods and flour by ultra performance liquid chromatography/tandem mass spectrometry: from food crisis to accreditation. Food Control. Vol 22 : 22-30.
Irmahayati, dkk., 2013. Bahaya Keracunan Melaminyang Terkandung Dalam Bahan Pangan. Info POM. Vol 14 (04) :7-8.
Martoyo  PY. 2009. Cemaran Melamin dalam Pangan. Food Review Indonesia. Vol 4: 40.
Nissa C. 2011. Kajian cemaran melamin dalam produk pangan dan pengawasannya di Indonesia (tesis S2). Institut Pertanian Bogor. Bandung.
Rahmawati, S., 2013. Kadar Melamin pada Produk Berbahan Susu dan Susu Bubuk yang Dianalisis secara Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-MS). JITV. Vol. 18 (01): 63-69.